Masjid Cheng Hoo

Karakteristik dan Makna Simbolik Kubah Masjid Cheng Hoo

Saat melakukan perjalanan dari Surabaya ke Malang, sesampai di kota Pandaan, kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, saya melihat sebuah bangunan dengan arsitek Tiongkok yang cukup mencolok dengan dominasi warna merah. Saya pikir itu klenteng tempat ibadah umat Konghucu. Ternyata saya salah. Bangunan itu adalah sebuah masjid Cheng Hoo. Dari jauh sekilas memang terlihat seperti klenteng dan tidak terlihat sebuah kubah atau menara yang menandakan masjid seperti masjid-masjid pada umumnya di Indonesia. Akhirnya saya pun mencari tahu tentang Masjid Cheng Hoo terutama tentang kubah masjid-nya.

Karakteristik dan Makna Simbolik Kubah Masjid Cheng Hoo

Masjid merupakan salah satu karya arsitektur bangunan yang memiliki keberagaman budaya. Masjid yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti rumah atau bangunan tempat bersembahyang orang Islam, sebenarnya bukan hanya tempat beribadah saja melainkan juga sebagai pusat kebudayaan.

Hal itu berkaitan juga dengan masjid sebagai tempat mengajarkan, membicarakan, menyimpulkan semua hal pokok kehidupan Islam. Terlebih Masjid bukanlah sebuah karya budaya yang mati, sebab bangunan ini hidup, tumbuh, dan berkembang secara dinamis seiring dengan kehidupan masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, kebudayaan serta Islam akan terjaga kelurusannya asal tidak bertentangan dengan ajaran dan hukum Islam.

Perkembangan arsitektur masjid di Indonesia sekarang telah banyak berkembang, tidak lagi dengan gaya biasa. Adanya gabungan budaya dari luar membuat tampilan masjid tidak lagi kuno. Ada beberapa masjid di Indonesia yang memiliki arsitektur yang modern dengan harga kubah masjid yang beragam.

Mengutip pendapat Wiryoprawiro bahwa kita boleh menghias masjid sehingga menjadi indah, karena Allah menyukai keindahan. Banyak ragam hias yang dihasilkan atau diperkaya oleh peradaban Islam. Namun, kalau kita pilah-pilahkan, maka secara garis besar hanya ada beberapa ragam hias Islam, yakni kaligrafi Arab, motif geometris dan motif tumbuhan.

Pembangunan masjid terus dilakukan dengan arsitektur beragam. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya berbagai masjid berarsitektur Tiongkok, yang gaya bangunannya menyerupai kelenteng. Seperti masjid Cheng Hoo yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia, misalkan  masjid Cheng Hoo di Pandaan-Pasuruan (seperti yang saya lihat), juga ada masjid Cheng Hoo di Surabaya, masjid Cheng Hoo di Palembang,  masjid Cheng Hoo di Makassar dan lain sebagainya.

Secara arsitektural masjid Cheng Hoo mempunyai gaya arsitektur yang menggabungkan perpaduan budaya Tiongkok dan budaya Islam, meskipun masjid Cheng Hoo di masing-masing daerah itu kemungkinan juga memiliki bentuk dan ciri khas yang berbeda.

Sekilas tentang  Cheng Hoo

Nama masjid Cheng Hoo di ambil dari nama seorang Laksamana Cina yaitu Muhammad Cheng Hoo sebagai bentuk penghormatan. Cheng Hoo adalah seorang Laksamana muslim dari Dinasti Ming yang taat dengan membawa misi damai ke seluruh dunia.

Dalam pelayarannya Cheng Hoo tidak hanya memperkenalkan Dinasti Ming dan melakukan perdagangan antara wilayah-wilayah yang dikunjunginya khususnya di nusantara (Indonesia) ini.

Cheng Hoo juga mengenalkan berbagai pengetahuan misalnya berbagai teknik pertanian, penggunaan alat timbangan yang penting dalam perniagaan, kalender untuk menentukan hari-hari penting, berbagai jenis makanan, beragam bentuk kesenian, dan sebagainya. Sebaliknya, ia pun menerima atau menyerap berbagai hal yang berasal dari daerah yang dikunjunginya.

Kubah Masjid Cheng Hoo

Kubah Masjid Cheng Hoo

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap bentuk masjid Cheng Hoo secara umum yang ada di Indonesia, maka dapat di identifikasi karakteristik arsitektur masjid Muhammad Cheng Hoo. Karakteristik tersebut tampak pada bagian atap (kubah), bubungan, Pat Kwa dan bagian warna pada dinding bangunan masjid.

Salah satu yang menjadi karakteristik kubah masjid Muhammad Cheng Hoo adalah tampak pada bagian atap atau kubah. Kubah masjid Muhammad Cheng Hoo berbeda dengan bentuk kubah masjid pada umumnya, kubah masjid Muhammad Cheng Hoo berbentuk pagoda.

Pagoda adalah semacam kuil yang memiliki atap bertumpuk-tumpuk dan banyak ditemukan di negara-negara yang mayoritas beragama Budha seperti Thailand atau Tiongkok.

Awalnya Pagoda berbentuk seperti kubah pemakaman orang India yang dikenal dengan sebutan stupa, yang memiliki ciri bertingkat banyak dan penampilannya membangkitkan kesan seram, mempunyai kesan yang unik dan mengundang rasa ingin tahu setiap orang yang menyaksikan.

Sejalan dengan kebangkitan agama Budha, Pagoda bentuk stupa itu mulai berperan penting dalam peralihan bentuknya menjadi Pagoda seperti saat ini atau yang sekarang dikenal sebagai Pagoda Cina.

Karakteristik pada atap (kubah) kecil di setiap sudut atap masjid Cheng Hoo terdapat empat kubah kecil mengelilingi atap masjid Cheng Hoo. Pada bagian kubahnya terdapat besi penangkal petir yang menurut Kontraktor Kubah Masjid seharusnya bagian atas masjid dipasang penangkal petir. Sedangkan warna pada genteng berwarna hitam dan sisi pinggiran kubah diberi warna merah serta bagian bawah/plafon berwarna putih.

Keempat kubah kecil ini dibuat dengan ukuran yang sama, yaitu bentuk segitiga sama sisi dan dibuat empat sisi. Bentuk kubah yang berbeda dari kubah masjid pada umumnya yang biasanya berbentuk setengah lingkaran, kubah-kubah yang berjumlah empat ini menunjukkan falsafah api, air, angin, dan tanah.

Empat komponen tersebut juga diartikan sebagai karakter pada diri manusia, yaitu tanah sebagai kesabaran, api sebagai amarah, air sebagai kekuatan dan angin sebagai keserakahan. Dan dari keempat unsur ini harus disumbangkan dalam kehidupan. Menyimbolkan sifat dan perilaku yang harus dijaga manusia.

Kubah/pagoda menyimbolkan tingkat pencerahan manusia yang dibangun setingkat demi setingkat untuk mencapai tingkat tertinggi. Mengandung arti juga dalam Islam yaitu tingkat keimanan manusia.

Atap masjid Muhammad Cheng Hoo ini terbuat dari genteng berwarna hitam dan merah. Pat Kwa yang memiliki tiga tingkatan, Pat Kwa paling atas dibuat lebih kecil dari tingkatan yang ada di bawahnya. Bagian ujung atapnya terdapat besi penangkal petir. Pat Kwa tingkatan ketiga atau atap bagian bawah dibuat lebih besar dari tingkatan kedua.

Makna simbolik pada unsur-unsur masjid Cheng Hoo yaitu pada atap (kubah) yang memakai simbol Pat Kwa mengandung arti tingkat keimanan seseorang, atap kecil yang berjumlah empat artinya sifat atau perilaku yang harus dijaga, dan warna pada masjid yaitu merah, kuning dan putih. Warna-warna tersebut memiliki makna harapan dan doa.

Kesimpulan

Arsitektur bangunan adalah salah satu segi kebudayaan yang menyentuh segi kemanusiaan secara langsung, yang dengan sendirinya mengandung faktor pelaksanaan kehidupan manusia. Hal tersebut dapat berupa gambaran dari corak kehidupan masyarakat dengan segala kelengkapannya seperti masa kehidupannya, latar belakangnya, pembentukan kebudayaan serta bagaimana kehidupan tersebut direalisasikan kedalam bentuk-bentuk fisik bangunan, karya seni dan bentuk kepercayaan.

Seiring berjalannya waktu, agama Islam sendiri pun semakin mengalami perkembangan karena bersentuhan dengan budaya-budaya lain. Kontak dengan budaya lain ini pun tidak hanya memengaruhi agama Islam dalam nilai-nilai ajaran agamanya, namun juga mempengaruhi arsitektur dalam agama Islam itu sendiri.

Pembangunan sebuah masjid tidak terlepas dari kaidah-kaidah yang dipegang dan harus diperhatikan sesuai dengan ajaran dalam agama Islam. Ruang-ruang diatur untuk menjaga akhlak dan perilaku serta tidak boleh ditujukan sebagai ajang pamer dan menyombongkan diri.

Selain itu, pembangunan masjid harus juga meminimalisir kerusakan alam. Serta penggunaan warna masjid seharusnya menggunakan warna yang mendekatkan kepada Allah, seperti warna cokelat atau hijau yang mewakili warna alam

Bangunan masjid pertama kali dibangun pada masa Nabi Muhammad SAW adalah masjid Quba. Bangunan yang sangat bersahaja itu sudah memenuhi syarat-syarat yang perlu untuk pendirian masjid.

Semakin meluasnya penyebaran agama Islam, arsitektur masjid juga ikut berkembang. Mulailah pengaruh-pengaruh budaya lain mempengaruhi arsitektur pada bangunan masjid. Pencampuran budaya yang paling terlihat pada arsitektur masjid adalah penggunaan kubah pada bagian atapnya. Dimana yang pada awalnya menggunakan atap datar, kemudian menggunakan kubah.

 

Karakteristik dan Makna Simbolik Kubah Masjid Cheng Hoo

Blog Kang Andre

About the Author: Kang Andre

Cuma seorang amatir yang mencoba membuat blog untuk menulis online. Mana suka, suka-suka, suka mana. :)

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *